Laman

Selasa, 21 April 2009

perjalanan Jogja-Bandung; sebuah Pelajaran & Hikmah

Jogja-Bandung, jumat-Ahad, aku dan teman-teman ku (Adi, Rian, Rosi dan Liswati). mencoba untuk berbagi sesuatu dengan teman-teman di Universrtas Negeri Yogyakarta.

From Bandung With Love to Jogja. perjalanan dengan Lodaya Malam (Bisnis), pukul 20.00. mencoba menikmati suasana kereta.

mengerjakan Propulsi, Baca PMLDK, Tilawah, makan, persiapkan presentasi, mencoba untuk tidur, tapi sulit...

pukul 22.00
melihat sekitar kereta...
seorang pria dewasa tertidur dilantai dengan selimut sebagai alas, tak punya karcis.
pria dewasa yang lain lagi terus mengepulkan asap rokok.
temanku laki-laki satu, terus tidur, tidur terus...
satu lagi laki-laki membaca, menghafal alquran....
Perempuan satu mencoba untuk tidur...
perempuan dua, berusaha untuk terjaga...

dengan suasana seperti itu mencoba untuk tetap bersyukur.

sampai di Jogja...
bertemu dengan teman-teman Jogja, disambut keramahan khas jogja...
berkeliling jogja menuju tempat beristirahat, lenggang jalanan jogja..

siangnya bertemu dengan teman-teman UNY, mereka bersemangat untuk menggali ilmu agar lebih baik, kami memcoba memberikan sebaik mungkin.
antusias, ramai, penuh perhatian dan tak menyia-nyiakan kesempatan... itulah yang kutangkap.

bada magrib sebelum pulang...
kali ini bukan Lodaya Malam (bisnis maupun Eksekutif) tapi Kahuripan (ekonomi).

kereta berangkat pukul 21.10, namun 20.45 kami (laki-laki) masih tak tahu harus ke stasiun naik apa dan dimana.

para wanita sudah menunggu, dan tak henti-henti mengirim pesan singkat. mungkin khwatir kami tak sampai stasiun tepat waktu.

akhirnya bertemu dengan seorang teman yang rela mengantarkan kami, jalan Jogja jadi sirkuit, ngebut....

perjuangan masih berlanjut...
berlari, mencari kursi kosong di kereta Ekonomi, huh mustahil, dapat yes... tapi ini tempat restoran jadi harus makan dan bayar.

musik dangdut disko, kepulan asap rokok, bau badan, pedagang lalu lalang, panas, keringat, tangisan seorang balita, keharmonisan suami istri, kasih sayang seorang ayah, menghiasi perjalan kami.


tak terlupakan bersama Adi Rian Rosi dan Lis....

*tak jelas mungkin, gaya baru penulisan.
seperti menulis status di FB.

2 komentar:

  1. Wah langsung diposting!

    Alhamdulillah bisa menjalin silaturrahim dengan saudara2 kita di Jogja,
    tapi perjalanannya membuat kita harus banyak istighfar....istighfar....dan istighfar...
    karena kondisi ril masyarakat ternyata begitu memilukan

    BalasHapus
  2. hmm..namaku salah des..seharusnya Ryan..

    ya begitulah keadaan bangsa Indonesia saat ini..

    namun semakin dekat dengan rakyat, maka aku
    semakin mengerti bahasa hati mereka..

    sampai detik ini mereka masih menunggu kita..
    generasi yang mencintai umatnya melebihi cintanya terhadap diri sendiri..

    ah udah ah..kok jadi orasi ya...
    nice post..

    BalasHapus