Laman

Senin, 25 Februari 2008

ROY

“...sekian berita kali ini, terima kasih dan sampai jumpa” akhirnya berita malam telah selesai, dan Roy meraih remote TV yang berada di atas meja belajarnya dan langsung menekan tombol Off.
Jarum jam dinding telah munjukan pukul satu malam, namun Roy belum juga bisa tertidur. “kenapa ya.. di negeri yang makmur ini masih saja ada saja koruptor ?” Roy terus memikirkan berita yang telah ia dengar tadi, berita tentang adanya indikasi bahwa beberapa anggota DPR RI menerima uang hasil korupsi dari salah seorang pejabat tinggi negeri ini.
Sebelum tidur, Roy berkata di dalam hatinya “aku harus mengingatkan mereka, mereka tidak layak berada di Senayan, mereka lebih layak untuk berada di penjara” tekadnya kuat.

***

Sayup-sayup terdengar azan subuh, namun Roy masih terlentang di tempat tidurnya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan bersiap berangkat ke masjid. Seusai solat ia bertemu dengan Aji, sahabatnya sejak SMA, dan mereka pun mulai berbincang.
“Ji, kamu tahu nggak ? ternyata para wakil rakyat kita di DPR sana terlibat kasus korupsi untuk kesekian kalinya” tanya Roy serius.
“iya aku tahu, kita nggak bisa diam aja, kita harus bergerak” timpal Aji dengan cepat.
“oke, kalo gitu gimana kalo Senin depan kita aksi ?” Roy mengulurkan tangan, dan Aji pun menyambutnya tanda setuju.

***

Paginya di sebuah ruang kuliah yang sudah terisi penuh dan seorang dosen berdiri di depan kelas sambil menyebutkan beberapa nama untuk mengabsen..
“Aji Suherman,” absen dosen. Dan Aji pun mengankat tangannya.
“Roy Soediningrat....,”
“Roy Soediningrat, ada ?” teriak dosen kedua kalinya. Dan Aji langsung membangunkan Roy, “ya...pak, saya di sini” Roy menyahut sambil mengangkat tangannya.
“eh, kalo di kelas jangan tidur dong” Aji mengingatkan.
“namanya juga aktifis” timpal Roy dengan mudahnya, Roy merupakan salah satu aktifis mahasiswa di ITB, dia calon kuat untuk menjadi Presiden Mahasiswa tahun ini. “ji, nanti siang temani aku ketemu sama beberapa orang untuk persiapan aksi besok? oya aku juga udah sms Presiden Mahasiswa kita, katanya oke, tapi dia nggak bisa ikut dia masih di Jakarta menghadiri undangan dari mentri”
“oke deh...tapi kamu jangan tidur waktu kulaih lagi ya !” timpal Aji.

***

Di sebuah kantin terdapat beberapa orang duduk mengelilingi sebuah meja berbentuk persegi panjang. Di sana terlihat Roy, Aji dan beberapa teman aktifis mahasiswa lainnya. Roy berdiri dan terlihat sedang berbicar kepada semua yang hadir di sana. “kita harus tahu, negeri kita ini sebenarnya negeri yang sangat kaya, negeri yang memiliki banyak kekayaan sumber daya alam, minyak bumi, tembaga, emas, bahkan uranium sekalipun kita punya. Tapi coba kita saksikan bersama tidak sedikit pula saudara-saudara kita rakyat Indonesia sebangsa dan setanah air yang menderita kelaparan, para pekerja yang terkena PHK, anak-anak kecil yang kekurangan gizi, bahan pokok yang terus-menerus semakin mahal,” sesekali Roy memainkan tangannya, layaknya bung Karno ketika berorasi. “sebenarnya ke mana para wakil rakyat kita? mereka seharusnya memperjuangkan nasib kita, rakyat Indonesia. Tapi teman-teman semua, tadi malam saya dan mungkin teman-teman yang lainya menyaksikan berita yang menyatakan beberapa anggota DPR kita menerima uang hasil korupsi. Mau dikemanakan moral bangsa ini ????” Roy meninggikan kalimat yang terakhirnya itu. “maka dari itu saya mengusulkan agar kita menggelar aksi untuk mengingatkan para anggota dewan itu serta mendesak pemerintah dan KPK agar segera memproses kasus tersebut.”
“maksudmu kita demonstrasi turun ke jalan ?” tanya Ari, salah seorang perwakilan dari senat mahasiswa.
“ya, betul” jawab Roy dengan semangat. “Kita akan kita akan aksi turun ke jalan, bagaimana yang lain setuju ?” tambahnya.
“setuju....”
“ya, kami setuju”
“benar kata Roy, kita harus beraksi” semua orang yang ada di tempat itu langsung setuju. Dan mereka langsung membagi-bagi tugas untuk mengumpulkan masa, memberitahu ke Polisi, menyiapakan atribut aksi dan membuat opini publik di kampus agar semakin banyak masa yang datang. Setelah itu mereka semua berpisah untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah disepakati.
“ji, kamu mau pulang bareng nggak ? hari ini aku bawa mobil.” Ajak Roy.
“hmm.... aku ada janji mentoring bareng Ari setelah duhur, kamu pulang aja dulu” jawab Aji menolak.
“oke, kalo gitu aku solat di masjid dekat kosanku. Duluan ya...” timpal Roy.
Dan Roy berjalan menuju tempat parkir untuk menuju mobilnya sedangkan Aji dan Ari menuju masjid. Di perjalanan Ari dan Aji sempat berbincang-bincang.
“ji, kelihatannya Roy senang sekali demonstrasi ya ? sejak ia aktif bergabung bersama kita, sudah lima kali ia mengusulkan untuk demonstrasi. Mulai dari demonstrasi masalah sampah sampai masalah Palestina” tanya Ari.
“iya, dari SMA ia memang seperti itu, wajar saja, ayahnya Suprapto Soediningrat adalah aktifis yang ikut menggulingkan rezim Soekarno sekarang ia anggota DPR yang dinilai jujur dan bersih, kakaknya, Roni Soediningrat, aktifis yang juga ikut dalam menggulingkan rezim Soeharto” jawab Aji menjelaskan latar belakang keluarga Roy.
“oh begitu, pantas saja. Keluarga aktifis ternyata” Ari berkata dengan nada memaklumi.
“ah sudahlah, nggak enak terus ngomongin orang, dosa tahu” nasihat Aji.

***

Hari Minggu, satu hari menjelang aksi, di sekretariat Keluarga Mahasiswa ITB, para aktifis mahasiswa sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk aksi hari Senin. Terdengar dari siaran berita TV nasional.
“...pemirsa, KPK akan mengumumkan nama-nama para tersangka penerima uang hasil korupsi.....”
para aktifis langsung diam
“....pada hari Senin pukul 10.00 di kantor KPK. Sekian berita kali ini terima kasih dan sampai jumpa”
“teman-teman...” sambil menepuk tangannya Roy meminta perhatian. “bagaimana kalo kita sekalian umumkan nama-nama para anggota dewan yang menerima uang hasil korupsi itu ?” Roy menjelaskan.
“ya boleh, itu ide bagus” sambut Nia dengan mantap
“Nia, kalo gitu kamu yang nanti mencatat nama-nama para koruptur itu ya ? dan kau Ari, jangan lupa untuk memasukan ke konsep aksi besok, nanti malam kita briefing lagi” Roy menjelaskan perintah-perintahnya, dan mereka semua mengangguk tanda setuju.
“sorry Roy, aku dan Rudi ada kebaktian di gereja, aku izin dulu ya ?” sela Cris
“oke, tapi surat pemberitahuan ke Polisi sudah disampaikan ?” timpal Roy
“sudah, kemarin kami sudah sampaikan” jawab Rudi
“kalo gitu terima kasih ya, hati-hati di jalan” Roy melambaikan tangannya. Di ruangan itu semua bekerja dengan keras untuk menyiapkan aksi besok dan Roy sangat bersemangat menjadi komandan dalam aksi itu.

***

Senin pagi, sekitar seribu mahasiswa ITB dengan jaket almamater kebanggannya telah berkumpul di depan gerbang ganesha, gerbang utama ITB, menyebabkan jalan Ganesha terpaksa ditutup untuk sementara, ratusan anggota dari kepolisian bersiaga dengan peralatan lengkap bahkan satu kompi anggota Brimob telah hadir untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak ketinggalan beberapa wartawan media cetak dan elektronik berlomba-lomba mengambil gambar di tengah-tengah mahasiswa. Suasana sangat gaduh, dengan diacung-acungkan beberapa poster dan spaduk berisikan desakan kepada pemerintah dan KPK untuk segera menghukum para koruptor serta cacian dan makian kepada para anggota DPR, diiringi teriakan dari para mahasiswa dan lagu dari Iwan Fals tentang wakil rakyat yang keluar dari sumber suara yang diangkut oleh sebuah mobil Pick Up. Namun, tiba-tiba saja kegaduhan berhenti. Seorang mahasiswa berdiri di atas mobil Pick Up, itulah Roy.
“saudara-saudara mahasiswa sebangsa dan setanah air, kita di sini berdiri bersama bukan tanpa tujuan, kita juga bukan jasad-jasad yang hanya mengikuti mayoritas, tapi kita di sini untuk satu tujuan, tujuan yang mulia, yaitu meminta agar keadilan segera ditegakan dan untuk Indonesia yang lebih baik” suara Roy terdengar lantang dengan penekanan dibeberapa kata. Dan Roy melanjutkan dengan sebauh teriakan.
“Salam Ganesha.........mulai.”
“Salam Ganesha, Bakti Kami Untukmu Tuhan, Bangsa dan Almamater, MERDEKA....!!!” teriak seribu mahasiswa dengan kompak menyambut teriaka Roy, sehingga terdengar menggema di angkasa.
Dan setelah itu lautan hijau, para mahasiswa ITB, mulai bergerak menuju Gedung Sate untuk menyampaikan aspirasinya. Sepanjang jalan para mahasiswa berteriak menuntut agar para anggota dewan yang terlibat kasus dana korupsi agar segera di hukum, dan mereka juga mengingatkan pemerintah dan KPK agar tidak tebang pilih. Para anggota polisi sibuk mengatur jalan Ir. H. Djuanda agar kemacetan tidak meluas. Para wartawan mengarahkan kamera mereka ke arah para mahasiswa yang sedang berdemonstrasi.
Sesampainya di Gedung Sate mereka disambut oleh kawat berduri dan barikade polisi di depan pagar Gedung Sate sehingga mereka tidak dapat mendekati pagar gedung tersebut. Dan mereka memposisikan diri tepat ditengah jalan depan gedung tersebut sehingga jalan Dipenogoro harus ditutup. Secara bergantian beberapa orang dari perwakilan mahasiswa naik ke atas mobil Pick Up untuk berorasi dan menungtut keadilan agar ditegakan. Para mahasiswa yang lainnya menyambut dengan beberapa teriakan merespon para orator dan mengacung-ngacungkan poster dan sepanduk mereka. Sampai pada akhirnya giliran Roy kembali berorasi.
“....saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, dengarlah... koruptor tidak layak untuk mewakili kita, koruptor tidak layak menjadi wakil rakyat karena rakyat kita bukanlah koruptor, koruptor tidak layak berada di gedung DPR karena koruptor itu maling, dan maling itu tempatnya di penjara....” Roy menyakinkan seribu mahasiswa dengan gerakan tangan, mimik muka dan pastinya karisma yang ia miliki.
Dan Roy kembali berteriak. “koruptor....”
“maling....” teriak ribuan mahasiswa lain
“maling.....” balas Roy
“Penjara.....” teriak mahasiswa lainnya. Dan Roy mengulanginya untuk beberapa kali sampai Roy terdiam sejenak dan mahasiswa lainya ikut diam.
Dan tiba-tiba Roy kembali memecahkan kesunyian yang ia buat.
“Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, aku akan menyebutkan nama koruptor-koruptor itu dan dan kalian harus berteriak ‘maling harus dipenjara’ ” Roy menerima secarcik kertas dari Nia yang baru saja tiba setelah menyaksikan berita di TV untuk mencatat delapan nama anggota DPR tersangka korupsi. Roy menyebutkan satu persatu nama para koruptor dan mahasiswa lain menyambutnya dengan teriakan “maling harus dipenjara” teriakan mereka terdengar semangat dan menuntut. Sampai pada nama yang kedelapan Roy hanya terdiam dan mematung, Roy malah tertunduk dan mahasiswa yang lain menjadi bingung.
Nia berteriak “Roy, satu lagi... ayo sebutkan”
Roy mengangkat kepalanya menghadapkan mukanya pada matahari dan menarik nafasnya dalam-dalam.
Ia mencoba untuk berteriak menyebutkan nama koruptor yang terakhir.
“Suprapto Soediningrat....” teriak Roy, yang lebih terdengar seperti sebuah tangisan.
“maling harus dipenjara...” teriak mahasiswa lainnya.
Namun Aji malah berbicara dalam hatinya “Apa Suprapto Soediningrat, itukan ayah dari Roy ?” Setelah itu Roy langsung turun dari mobil Pick Up dengan lemas dan Aji langsung menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat sedangkan mahasiswa lainnya melanjutkan aksi mereka dengan bernyanyi.

mentari menyala di sini
di sini di dalam hatiku
gemuruhnya sampai di sini
di sini di urat darahku
meskipun tembok yang tinggi mengurungku
berlapis pagar duri sekitarku
tak satupun sanggup menghalangiku
menyala di dalam hatiku
hari ini hari milikku
juga esok masih terbentang
dan mentari kan tetap menyala
disini di urat darahku
-mentari-
Iwan Abdulrahman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar