Laman

Sabtu, 02 Februari 2008

Sebuah Impian : ITB (islamic Technologi Boarding school)

ITB ganti nama ? jangan salah sangka dulu, judul di atas bukanlah kepanjangan ITB yang sebenarnya, ITB tetaplah Institut Teknologi Bandung. Judul diatas hanyalah sebuah impian dari seseorang yang sedang menuntut ilmu di kampus gajah Ganesha tersebut, yaitu aku sendiri. Bayangkan jika ITB dapat dianggap menjadi seperti judul di atas dan semua mahasiswa ITB seperti belajar di sebuah boarding school yang berlandaskan islam dan teknologi, why not ? Ahli Fisika paham fiqih, jago computer hafal Al-Quran, pinter bisnis tahu syariah Subhanaullah. Kalau semua sarjana ITB atau perguruan tinggi lain seperti itu pasti Indonesia akan cepat maju.

Tapi kenapa harus Boarding school ? ya sebenarnya apa pun modelnya boleh, mau diganti pesantren juga oke, tapi biar pas sama huruf “B” maka dipilihlah Boarding scholl. Seperti kita tahu, di pesantren atau boarding school itu lebih teratur dan adanya tambahan pendidikan islam (boarding school yang islami). Jadi dengan mengatur pola hidup dan penambahan pemahaman islam pada pola hidup kita (mahasiswa) yang kadang berantakan, akan menjadikan kita Sarjana Super.

Pagi-pagi, lebih tepatnya dini hari sekitar pukul 03.00 Sarjana Super sudah mulai bangun dan bersiap Qiyamullail dengan tidak lupa membangunkan teman se-kost, kontrakan maupun asrama. Setelah itu menghafal Al-Quran hingga pukul 04.00 pagi dilanjutkan belajar materi kuliah hari ini sampai azan Subuh berkumandang. Ketika Subuh telah tiba Sarjana Super bersama-sama solat subuh berjamaah di masjid (khusus untuk laki-laki) dilanjutkan tilawah beberapa halaman (rutin sehabis solat) agar dapat mencapai satu hari satu juz tidak lupa dzikir pagi, dan bersiap kuliah untuk Sarjana Super yang kuliah pagi.

Di sela-sela kuliah tidak lupa melaksanakan salat duha di musola kampus dan melanjutkan kuliah kembali. Setelah kulaih selesai, makan siang, istirahat dan tentunya salat Dzuhur berjamaah, Sarjana Super dengan tersenyum melanjutkan aktivitasnya kini giliran pengetahuan agama yang diasah, baik dengan mentoring, halaqoh, liqo atau apa pun hingga azan asar berkumandang. Selanjutnya setelah solat asar sang Sarjana Super kini beralih di Unit Kegiatan Mahasiswa untuk mengasah soft skill dalam berorganisasi sekaligus berda’wah dengan berbagai cara ataupun mengerjaka beberapa tugas kulaih. Setelah urusan organisasi selesai, pulang istirahat sejenak atau pun membersihkan diri karna telah beraktivitas seharian.

Sehabis solat magrib berjamaah (karna berjamaah sangat penting terutama bagi laki-laki) sedikit bercengkrama dengan teman se-kost, kontarakan ataupun asrama berbagi pengalaman sehari ini diiringi dengan beberapa tausyah tentu akan sangat menyenangkan sambil menunggu waktu Isya tiba. Dan setelah Sarjana Super solat Isya, mulailah belajar mengulang kembali semua pelajaran yang didapat baik pelajaran kuliah, mentoring maupun pelajaran hidup berupa pengalaman yang baru saja terjadi hingga tidak terlalu larut malam karna esok kan datang.

Ya itulah satu dari banyak sistem pola hidup yang bias kita gunakan agar kita bias menjadi Sarjana Super yang tidak hanya hebat menurut manusia tapi juga hebat menurut Allah. Jangan lupa dimana pun kita belajar, dengan latar belakng apa pun pendidikan kita, kita tetap bias menjadi seorang muslim yang sebenarnya. Allahu akbar……….




Penulis :
Ardhesa Fikriana Suhilman, Kepala Departemen Humas Eksternal Kampus GAMAIS
NB: tolong diperbaiki jika ada kesalahan dalam penulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar