Laman

Sabtu, 09 Mei 2009

Sesaat sebelum GAMAIS terlahir [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

GAMAIS ITB berdiri akibat adanya berbagai tantangan yang dihadapi mahasiswa muslim pada masa awal tahun 80-an. Kala itu bisa dikatakan kegiatan di dalam kampus ITB didominasi oleh kelompok yang tidak akrab dengan kegiatan ke-Islaman. Sebagian aktifis kampus saat itu bahkan secara terang-terangan menyatakan diri sebagai “kelompok kiri” yang cenderung sosialis atau marxis.

Sementara itu, sebagai dampak dari berbagai pelatihan, seperti pelatihan keorganisasian yang bernuansa Islam, yang menjangkau kalangan pelajar dan mahasiswa, banyak mahasiswa angkatan 80-an yang telah memiliki idealisme ke-Islaman ketika memasuki jenjang kuliah. Mereka yang masuk ke ITB mendapati bahwa ternyata hampir tidak ada ruang bagi mahasiswa muslim untuk mengekspresikan ke-Islamannya di dalam kegiatan kemahasiswaan di kampus ITB.

Upaya pertama yang dijalankan para mahasiswa muslim adalah dengan mengadakan berbagai pengajian kecil di lingkungan jurusan yang disebut usroh, yang paling aktif dalam model kegiatan ini adalah kalangan angkatan ‘85 pada masa TPB. Dari berbagai komunikasi antar aktifis dari berbagai usroh jurusan, dicapailah sebuah kesepakatan untuk membuat sebuah kegiatan ke-Islaman di kampus ITB. Dibentuklah panitia peringatan Isra’Mi’raj di kampus ITB. Panitia tersebut sepenuhnya mendapatkan dukungan dari aktifis muslim dari berbagai angkatan, khususnya angkatan 83 dan 84. Kegiatan di atas sukses dan menjadi tonggak baru bahwa di kampus ITB bisa diadakan kegiatan ke-Islaman.

Dari berbagai komunikasi antar angkatan, akhirnya dirancang sebuah kegiatan penting, yaitu Pesantren Mahasiswa. Acara ini dilaksanakan pada masa liburan panjang bulan Juni dan Juli 1986 di Pondok Pesantren At Taqwa di Ujung Harapan Bahagia, Bekasi. Pesantren mahasiswa ini sepenuhnya dalam bimbingan dari tim yang dibentuk oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang kala itu di bawah pimpinan Bapak Muhammad Natsir. Perhatian besar beliau dalam mendukung acara pesantren itu membuat kegiatan tersebut bisa dijalankan hampir 2 bulan lamanya. Para peserta dalam pesantren mahasiswa inilah yang nantinya menjadi motor berdirinya GAMAIS ITB.

Usai kegiatan ini, angkatan baru datang di kampus ITB, yaitu angkatan ‘86. Sejatinya kedatangan angkatan inilah yang mendorong terbentuknya GAMAIS ITB. Kesolidan angkatan ini dalam wadah Keluarga Mahasiswa Muslim 86 (KMM 86) sepanjang menjalani masa TPB mendorong para aktifis eks-pesantren mahasiswa membuat inisiatif besar. Adalah Herry Meoljanto (FT’83) yang mengkampanyekan pertama kali tentang perlunya wadah organisasi mahasiswa Islam di Kampus ITB. Salah satu momen kampanyenya, yang sering dikenang sebagai sumpah setia pendirian GAMAIS ITB, dilakukan di bawah menara mesjid Salman.1

Selain hal tersebut di atas, sebenarnya terdapat beberapa alasan lain yang mendorong terbentuknya Gamais, yaitu adanya dominasi “kalangan kiri” di kampus, serta Salman ITB, yang selama ini menjadi tempat beraktivitas para aktifis muslim ITB, di dominasi oleh para anggota yang berasal dari luar ITB yang mengakibatkan pembinaan mahasiswa ITB sedikit terabaikan. Itulah yang menjadi alasan eksternal GAMAIS ITB berdiri dan atas dasar itu pulaGAMAIS ITB lebih memfokuskan pada lingkungan dalam kampus ITB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar