Laman

Sabtu, 09 Mei 2009

Sewindu berlalu, semakin melaju [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Gamais setelah sepuluh tahun keberjalanannya sudah mampu menjadi suatu organisasi yang kuat dan dinamis di kampus. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pengurus dan aktivitas program yang dikerjakannya. Program –program kerja yang disusun Gamais lebih menitikberatkan pada program syiar Islam dan pembinaan ke-Islaman mahasiswa ITB. Program-program ini dibuat sekreatif mungkin sehingga benar-benar dapat efektif mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu menyampaikan Islam ke kampus. Selain itu, Gamais sudah dijadikan pusat corong opini kampus baik di dalam maupun di luar kampus seperti aksi penolakan terhadap isu diadakannya Miss ITB dan dukungan terhadap diperbolehkannya pemakaian jilbab di STPDN. Aksi-aksi ini dilakukan melalui penyebaran tabloid, aksi dukungan tanda tangan, penyebara bulletin sampai talkshow. Talkshow Kartini Era Millenium (Tiram) sempat mampu membendung isu digulirkannya Miss ITB dengan motto besar di spanduknya "Muslimah berkarya, nurani tetap terjaga." Selain itu, sempat beberapa kali Gamais ITB menjadi Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), jejaring Lembaga Dakwah Kampus tingkat nasional. Bahkan LDK ini sudah menjadi rujukan LDK –LDK lain di Indonesia.

Tetapi walaupun begitu Gamais bukanlah suatu organisasi yang eksklusif dan kaku. Gamais berupaya untuk menampilkan Islam yang inklusif, indah dan bisa diterima oleh semua kalangan. Untuk itu, slogan Gamais yang diusung waktu itu adalah Islam untuk semua. Beberapa program yang dijalankanpun tak lepas dari misi di atas, antara lain dengan melakukan dialog dan roadshow ke unit-unit kampus yang menjadi “kompetitor”, salah satunya adalah diskusi bertemakan kaderisasi yang menyoroti ospek KM dan himpunan di campus center yang merupakan sekretariat Unit Tiang Bendera. Disamping itu, Gamais juga melakukan pendekatan cultural yaitu dengan mengajak teman-teman di lingkungan campus center untuk sholat berjama’ah setelah diskusi berakhir. Selain itu, inklusifitas Gamais pun terlihat di departemen Annisa, diantaranya melalui proyek "Kartini Era Millenium(Tiram)". Acara ini meliputi lomba desain dan peragaan busana muslimah, penampilan nasyid dan teater muslimah, penyebaran bulletin dan spanduk kemuslimahan, dan puncaknya adalah talkshow bersama Trie Utami dan Tri Wigatiningrum. Acara ini terbuka untuk seluruh muslimah ITB. Bahkan pemenang lomba desain busana muslimah berasal dari jurusan SR yg belum berbusana muslimah. Selain proyek Tiram, acara Muslimah in Harmony yang dilaksanakan setelah itu pun dapat menunjukkan bahwa Gamais itu tidak eksklusif untuk muslimah berkerudung saja, karena pada acara itu, panitia meminta salah seorang mahasiswi muslimah (waktu itu belum berjilbab) yang menjadi Ketua unit untuk menjadi salah satu panelis (pembicara).

Hubungan gamais dengan unit-unit lain di ITB sangat baik. Misalnya, Gamais ikut terlibat pada acara kesenian “gempita” yang diisi oleh unit-unit kesenian di ITB. Selain itu, pada masa itu Dept.Anissa sempat dipercaya untuk mengisi kajian di radio kampus, tapi karena kekurangan SDM, acara kajian tersebut terkadang absent. Gamais juga mampu mengalihkan pemikiran masyarakat dari isu akan adanya miss ITB menjadi muslimah yang berkaya dengan tetap menjaga dirinya lewat acara Kartini era Milenium (tiram). Acara ini cukup besar dan dihadiri oleh Bu Kusmayanto, istri Rektor ITB saat itu. Dari sini juga bisa terlihat bahwa pengaruh Gamais terhadap masyarakat ITB cukup besar, dan hubungan Gamais dengan pihak ITB juga tak kalah baiknya. Apalagi pada era tersebut ITB dipimpin oleh rektor yang sangat demokratis, terbuka, dan dekat dengan mahasiswa. Pak Kusmayanto bahkan menerima kritik dan saran via email. Keadaan yang relatif jauh lebih terbuka dari rektor sebelumnya. Sehingga hal ini membuka kesempatan bagi pihak manapun untuk "mendekati" dan "mempengaruhi" beliau dalam mengambil arah kebijakan kampus. Terbukti saat itu GAMAIS dengan misi dakwahnya,beberapa kali mampu meminta partisipasi beliau dalam kegiatan-kegiatan besar GAMAIS. Sayangnya, pihak lain yg berseberangan dengan misi dakwah juga bisa berkembang, contohnya ide diadakannya pemilihan miss ITB yg cukup meresahkan pada saat itu.

Walaupun demikian, gamais masih punya banyak kelemahan diantaranya, masih kekurangan kader baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Karena walaupun dalam pendataan kader Gamais itu banyak, tetapi pada kenyataannya yang aktif hanya bererapa gelintir orang saja, dan ini berlanjut sampai kepengurusan sekarang. Selain itu faktor lain yang berakibat terhadap kurangnya kader adalah banyaknya anggota Gamais yang mempunyai jabatan di dua atau lebih organisasi. Sehingga ketika diminta untuk memilih mana dulu yang harus diprioritaskan kadang mereka tidak menempatkan gamais di urutan pertama. Selain itu profesionalitas dan kapabilitas SDM juga menjadi masalah lain pada kepengurusan Gamais. Karena kebanyakan SDM GAMAIS adalah mahasiswa yang miskin ilmu dan pengalaman sehingga GAMAIS lebih menjadi ajang pelatihan dan pengasahan bakat keorganisasian pengurus bukan sebagai media aplikasi dari ilmu yg sudah dimiliki pengurus. Selain itu, masalah dana juga menjadi masalah yang tak kalah penting bagi gamais pada masa itu. Padahal banyak sekali proker yang harus dibiayai dan dilaksanakan demi terwujudnya visi dan misi gamais.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar