Laman

Sabtu, 09 Mei 2009

Tak hanya melaju, tapi juga mengakar [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Gamais setelah melaju dengan beberapa agenda syiar dan pembinaannya, gamais pun telah banyak melahirkan banyak kader yang bertebaran di kampus, banyak juga dari kader gamais yang dapat menduduki beberapa posisi penting di Kabinet Mahasiswa, Himpunan Jurusan (program studi; sekarang) dan Unit kegiatan mahasiswa. Memang kader gamais tersebut tidak terus menjadi pengurus di gamais, karena mereka menjadi pengurus di lembaga masing-masing, namun kedekatan emosi dan pembinaan masih tetap dijalankan oleh mereka. Sehingga penanaman nilai-nilai keislaman tidak hanya dilakukan oleh gamais saja, namun juga oleh lembaga-lembaga yang di sana pengaruh dari kader gamais cukup kuat, tentunya dengan cara dan porsi yang berbeda dengan yang dilakukan oleh gamais itu sendiri. Hal ini terlihat ketika adanya suatu forum silaturahim atau pertemuan massa kampus untuk menentukan suatu kebijakan, pelaksanan kaderisasi misalnya, petinggi-petinggi lembaga yang dahulu sempat merasakan pembinaan di gamais memiliki tujuan agar kegiatan tersebut dapat bernuansa islam, atau minimalnya tidak menuju kearah-arah yang melanggar aturan-aturan islam.

Mengakarnya gamais di kampus tidak hanya disebabkan oleh kader-kadernya yang bertebaran diberbagai lembaga dan kepanitiian, peran dari LDPS, LDF/LDS juga sangat penting, karena dari merekalah biasanya nilai-nilai islam lebih mengakar dan terasa di lingkungan program studi dan fakultas/sekolah, pengaruh ini tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa saja, bahkan dosen dan karyawan pun dapat merasakannya, karena kegiatan dari LDPS LDF/LDS ini biasanya difokuskan di program studi dan fakultas masing-masing sehingga seringkali dosen diminta untuk mengisi (menjadi pembicara) di kegiatan keislaman dan dilakukan di lingkungan program studi dan fakultas/ sekolah tersebut.

***

Berbenah, mencoba menjadi lebih baik [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Setelah hampir dua puluh tahun, gamais seperti halnya unit kegiatan mahasiswa lain, melakukan kegiatannya, terutama yang bersifat syiar, satu kegiatan ditujukan untuk seluruh masa kampus, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan kegiatan semacam pengajian di tingkat program studi (dulu jurusan) juga tidak kalah ramainya, namun tidak ada koordinasi dengan gamais itu sendiri, pengajian-pengajian program studi tersebut, yang beberapa diantanya memiliki nama sendiri, misal Muslim Elektro dan Mahasiswa Muslim Mesin. Pada dasarnya tidak memiliki pengakuan yang jelas dari pihak rektorat, sehingga beberapa diantaranya ada yang merupakan begian dari divisi kerohanian dari himpunan, namun banyak juga yang berdiri begitu saja.

Pada masa kepengurusannya Tri Aji Nogroho, sudah mulai terpikir untuk menyatukan pengajian program studi tersebut ke gamais, sehingga kegiatan gamais yang tadinya cukup besar dan membutuhkan banyak biaya dan tenaga dapat diminimalkan dan pengajian program studi tersebut difasilitasi agar dapat melakukan kegiatannya dengan lebih baik lagi sehingga nilai-nilai islam dapat dirasakan lebih menyeluruh oleh masa kampus ITB. Analogi yang cukup terkenal untuk menggambarkan hal ini waktu itu ialah, mengubah strategi dakwah di kampus dengan yang awalnya menggunakan bom atom yang memerlukan biaya dan tenaga yang cukup besar tetapi diledakan hanya di satu tempat, menjadi penggunaan katapel yang murah dapat dilakuakan oleh semua orang dan dilakukan tersebar merata di kampus.

Dan hal ini akhirnya, pada tahun 2008, semua program studi telah memiliki semacam pengajian jurusan yang biasa disebut Lembaga Dakwah Program Studi (LDPS), Lembaga Dakwah Fakultas/Sekolah (LDF / LDS). Berikut ini daftar LDPS. LDF/ LDS :
1 M-STEI Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
2 AL HAYAT Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
3 KAMIFA Sekolah Farmasi
4 KISR Fakultas Seni Rupa dan Disain
5 SMUTY Sekolah Bisnis Manajemem
6 MILIS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
7 KM3 Matematika
8 MAIFI Fisika
9 KAMAMUKI Kimia
10 AN-NAJM Astronomi
11 LDFTSL Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
12 KMMS Teknik Sipil
13 KAMIL Teknik Lingkungan
14 IMMUT Teknik Kelautan
15 GAMIFTI Fakultas Teknologi Industri
16 MUFTI Fisika Teknik
17 GAMISTEK Teknik Kimia
18 MITI Teknik Industri
19 IMAM FTMD Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
20 MMM Teknik Mesin
21 ISA Aeronotika dan Astronotika
22 MIM Teknik Material
23 MUSA Sekolah Arsitektur Pengembangan Perencanaan Kota
24 KMMP Perancanaan Wilayah Kota
25 GARIS Arsitektur
26 LDFITB Fakultas Ilmu Teknologi Kebumian
27 AL-JIBAL Teknik Geologi
28 MMO Metereologi dan Oseanografi
29 FSI-GD Teknik Geodesi
30 LDFTTM Fakultas Teknik Pertambangan dan Mineral
31 MIT Teknik Pertambangan
32 AL-HADID Teknik Metalurgi
33 AL-BITHRULU Teknik Minyak
34 AL-ARDY Teknik Geofisika

Sewindu berlalu, semakin melaju [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Gamais setelah sepuluh tahun keberjalanannya sudah mampu menjadi suatu organisasi yang kuat dan dinamis di kampus. Hal ini dapat terlihat dari jumlah pengurus dan aktivitas program yang dikerjakannya. Program –program kerja yang disusun Gamais lebih menitikberatkan pada program syiar Islam dan pembinaan ke-Islaman mahasiswa ITB. Program-program ini dibuat sekreatif mungkin sehingga benar-benar dapat efektif mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu menyampaikan Islam ke kampus. Selain itu, Gamais sudah dijadikan pusat corong opini kampus baik di dalam maupun di luar kampus seperti aksi penolakan terhadap isu diadakannya Miss ITB dan dukungan terhadap diperbolehkannya pemakaian jilbab di STPDN. Aksi-aksi ini dilakukan melalui penyebaran tabloid, aksi dukungan tanda tangan, penyebara bulletin sampai talkshow. Talkshow Kartini Era Millenium (Tiram) sempat mampu membendung isu digulirkannya Miss ITB dengan motto besar di spanduknya "Muslimah berkarya, nurani tetap terjaga." Selain itu, sempat beberapa kali Gamais ITB menjadi Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), jejaring Lembaga Dakwah Kampus tingkat nasional. Bahkan LDK ini sudah menjadi rujukan LDK –LDK lain di Indonesia.

Tetapi walaupun begitu Gamais bukanlah suatu organisasi yang eksklusif dan kaku. Gamais berupaya untuk menampilkan Islam yang inklusif, indah dan bisa diterima oleh semua kalangan. Untuk itu, slogan Gamais yang diusung waktu itu adalah Islam untuk semua. Beberapa program yang dijalankanpun tak lepas dari misi di atas, antara lain dengan melakukan dialog dan roadshow ke unit-unit kampus yang menjadi “kompetitor”, salah satunya adalah diskusi bertemakan kaderisasi yang menyoroti ospek KM dan himpunan di campus center yang merupakan sekretariat Unit Tiang Bendera. Disamping itu, Gamais juga melakukan pendekatan cultural yaitu dengan mengajak teman-teman di lingkungan campus center untuk sholat berjama’ah setelah diskusi berakhir. Selain itu, inklusifitas Gamais pun terlihat di departemen Annisa, diantaranya melalui proyek "Kartini Era Millenium(Tiram)". Acara ini meliputi lomba desain dan peragaan busana muslimah, penampilan nasyid dan teater muslimah, penyebaran bulletin dan spanduk kemuslimahan, dan puncaknya adalah talkshow bersama Trie Utami dan Tri Wigatiningrum. Acara ini terbuka untuk seluruh muslimah ITB. Bahkan pemenang lomba desain busana muslimah berasal dari jurusan SR yg belum berbusana muslimah. Selain proyek Tiram, acara Muslimah in Harmony yang dilaksanakan setelah itu pun dapat menunjukkan bahwa Gamais itu tidak eksklusif untuk muslimah berkerudung saja, karena pada acara itu, panitia meminta salah seorang mahasiswi muslimah (waktu itu belum berjilbab) yang menjadi Ketua unit untuk menjadi salah satu panelis (pembicara).

Hubungan gamais dengan unit-unit lain di ITB sangat baik. Misalnya, Gamais ikut terlibat pada acara kesenian “gempita” yang diisi oleh unit-unit kesenian di ITB. Selain itu, pada masa itu Dept.Anissa sempat dipercaya untuk mengisi kajian di radio kampus, tapi karena kekurangan SDM, acara kajian tersebut terkadang absent. Gamais juga mampu mengalihkan pemikiran masyarakat dari isu akan adanya miss ITB menjadi muslimah yang berkaya dengan tetap menjaga dirinya lewat acara Kartini era Milenium (tiram). Acara ini cukup besar dan dihadiri oleh Bu Kusmayanto, istri Rektor ITB saat itu. Dari sini juga bisa terlihat bahwa pengaruh Gamais terhadap masyarakat ITB cukup besar, dan hubungan Gamais dengan pihak ITB juga tak kalah baiknya. Apalagi pada era tersebut ITB dipimpin oleh rektor yang sangat demokratis, terbuka, dan dekat dengan mahasiswa. Pak Kusmayanto bahkan menerima kritik dan saran via email. Keadaan yang relatif jauh lebih terbuka dari rektor sebelumnya. Sehingga hal ini membuka kesempatan bagi pihak manapun untuk "mendekati" dan "mempengaruhi" beliau dalam mengambil arah kebijakan kampus. Terbukti saat itu GAMAIS dengan misi dakwahnya,beberapa kali mampu meminta partisipasi beliau dalam kegiatan-kegiatan besar GAMAIS. Sayangnya, pihak lain yg berseberangan dengan misi dakwah juga bisa berkembang, contohnya ide diadakannya pemilihan miss ITB yg cukup meresahkan pada saat itu.

Walaupun demikian, gamais masih punya banyak kelemahan diantaranya, masih kekurangan kader baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Karena walaupun dalam pendataan kader Gamais itu banyak, tetapi pada kenyataannya yang aktif hanya bererapa gelintir orang saja, dan ini berlanjut sampai kepengurusan sekarang. Selain itu faktor lain yang berakibat terhadap kurangnya kader adalah banyaknya anggota Gamais yang mempunyai jabatan di dua atau lebih organisasi. Sehingga ketika diminta untuk memilih mana dulu yang harus diprioritaskan kadang mereka tidak menempatkan gamais di urutan pertama. Selain itu profesionalitas dan kapabilitas SDM juga menjadi masalah lain pada kepengurusan Gamais. Karena kebanyakan SDM GAMAIS adalah mahasiswa yang miskin ilmu dan pengalaman sehingga GAMAIS lebih menjadi ajang pelatihan dan pengasahan bakat keorganisasian pengurus bukan sebagai media aplikasi dari ilmu yg sudah dimiliki pengurus. Selain itu, masalah dana juga menjadi masalah yang tak kalah penting bagi gamais pada masa itu. Padahal banyak sekali proker yang harus dibiayai dan dilaksanakan demi terwujudnya visi dan misi gamais.

Masa Reformasi, GAMAIS semakin menjadi.... [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Setelah resmi menjadi unit di ITB, setelah kampus marak dengan syiar-syiar keislaman, setelah jumlah kader terus bertambah, setelah banyak masalah internal dan eksternal dihadapai oleh GAMAIS, akhirnya pada masa berikutnya GAMAIS ITB dapat mencetak kader-kadernya dengan baik, melahirkan banyak pemimpin kampus yang membawa warna islam dalam kebijakannya, selain itu wajar pula jika banyak himpunan yang merubah konsep OSPEK-nya dan materi kederisasi dengan apa yang ada di GAMAIS ITB. adapun contoh dari kader GAMAIS yang berhasil menjadi tokoh di kampus, yaitu Vijay Virtayasa (kepala GAMAIS ke-11) yang menjadi presiden KM pertama di tahun 1998.

Pada masa ini juga merupakan masa yang dapat dikatakan menegangkan, karena sangat kuatnya perbedaan ideologi, sehingga tidak jarang para pengurus GAMAIS harus melakukan adu fisik untuk mempertahankan ideologinya. Proses pemurtadan pun merajarela, berbagai modus banyak terjadi, mulai dari dipacari lalu dibujuk untuk pindah agama, hingga dihamili lalu dipaksa untuk pindah agama. Untuk mengatasinya dibentuklah sebuah badan khusus untuk menangani kasus ini. Selain itu, GAMAIS pun berusaha untuk memberikan pengaruh yang cukup di OSPEK mahasiswa baru, selain menyiapkan nuansa keislaman dalam rangkaian kegiatan tersebut, GAMAIS pun berusaha menempatkan kadernya di kepanitiaan OSPEK.

Ketika GAMAIS harus memilih....... [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

GAMAIS semula hanyalah sekumpulan orang yang ingin menebarkan dakwah islam di ITB tanpa adanya kendali dari berbagai pihak, sehingga GAMAIS pada awalnya bukanlah sebuah unit mahasiswa di ITB maupun unit kegiatan dari Masjid Salman, namun pada masa kepemimpinan Harto Widodo sebuah keputusan besar harus diambil, yaitu menjadikan GAMAIS ITB sebagai salah satu unit kegiatan mahasisawa ITB, yang tentunya akan merubah keinginan awal, tidak ingin dikendalikan oleh pihak manapun. Hal ini diambil bukan tanpa alasan, keinginan untuk mendekatkan diri dengan komunitas kampus, membaur dengan unit kegiatan mahasiswa lain di ITB serta keinginan untuk adanya sinergi dan support dengan program dari rektorat adalah suatu alasan yang sangat logis, didukung lagi tantangan dakwah yang ada pada waktu itu, sehingga menjadi unit di ITB adalah suatu pilihan yang sangat tepat.

Dengan GAMAIS yang telah menjadi unit kegiatan mahasiswa di ITB, pergerakan GAMAIS dapat lebih luas lagi, bahkan GAMAIS dapat menginisiasi aksi pembelaan terhadapa perempuan yang ingin menggunakan jilbab sebagai bagian dari perjuangan menegakan nilai-nilai islam di ITB pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sehingga sekarang ini kita dapat melihat, semakin maraknya perempuan yang menggunakan jilbab untuk bersekolah, kuliah, maupun bekerja baik di sektor swasta maupun pemerintahan, hal ini tidak lepas dari perjuangan GAMAIS ITB awal tahun 90’an.

Setelah terlahir, Ini awal dari GAMAIS ITB [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Pada waktu itu, peran mahasiswa yang berideologi islam di kampus dalam berbagai bidang sangatlah lemah. Hal ini terlihat dari sedikitnya mahasiswa Islam yang meraih prestasi gemilang di bidang akademik. Selain itu, program Normalisasi Kegiatan Kampus sedang digalakan sehingga mempersulit gerak GAMAIS ITB di kampus. Para mahasiswa yang berideoligi islam sendiri, saat itu banyak yang tidak menyukai beberapa kegiatan yang dianggap tidak sesuai untuk dilakukan. Sebagai contoh, kebanyakan pengurus awal GAMAIS ITB tidak mengikuti kegiatan OS di jurusan masing-masing dan menentang kegiatan malam Iota Tahu Beta (semacam acara malam kesenian) yang sering diakhiri oleh aksi pelemparan oleh senior kepada junior yang menyajikan acara kesenian tersebut karena acara justru lebih mirip OS ketimbang malam kesenian.

Setelah kelahirannya pada pukul 00.07 Ahad, 30 Agustus 1987, Badan Pengurus GAMAIS ITB banyak diisi oleh angkatan 85 yang juga alumni dari P3R Salman dengan dikepalai oleh Jaka Sumanta IF’85, walaupun pada waktu itu angkatan-angkatan sebelumnya (83 dan 84) telah banyak berjuang demi terbentuknya GAMAIS ITB. Hal ini dikarenakan GAMAIS memiliki keinginan agar wadah yang baru terbentuk ini dapat diterima oleh semua kalangan, baik yang berasal dari Salman maupun pihak kampus.

Pada tahun-tahun awal GAMAIS ITB merupakan masa-masa yang sangat berat, walaupun sudah banyak pengajian-pengajian ke-Islaman baik yang berbasis jurusan, maupun berbasis kedaerahan, contoh berbasis kedaerahan adalah Persatuan Mahasiswa Islam Solo Indonesia (PERMISI). Masa-masa awal merupakan masa GAMAIS untuk dikenal oleh banyak pihak, sehingga program kerja yang diembankan oleh MPAS kepada Jaka Sumanta dkk hanyalah sosialisasi agar diterima oleh banyak pihak, termasuk oleh kelompok pengajian tersebut, memberikan penjelasan kepada khalayak umum tentang berdirinya GAMAIS ITB tentang maksud dan tujuan didirikan GAMAIS ITB. Program kerja sosialisasi ini tidak berhenti pada tahun pertama saja, akan tetapi berlanjut hingga masa jabatan Ari Diantoro SI’84 dan Tb. Furqon PL’86 (kepala GAMAIS ke 2 dan 3 ) dan selain usaha sosialisasi, waktu itu pula banyak dilakukan usaha-usaha untuk memberikan warna di kampus ITB ditengah-tengah warna yang sudah marak dari berbagai unit dan himpunan yang ada di ITB.

Walaupun GAMAIS telah memulai sosialisasi akan keberadaannya di kampus ITB, namun saat itu GAMAIS masih belum memiliki logo resmi, dan akhirnya pada masa kepemimpinan bapak Ari Diantoro, diadakan saembara pembuatan logo GAMAIS yang diprakarsai oleh Bapak Budi Youyastri. Dan dari saembara itu didapatkan sebuah logo GAMAIS yang dibuat oleh Hidayat Budi Pramono El’84 yang berbentuk seperti gambar di samping (namun dengan sedikit tambahan garis putih sehingg terlihat seperti lafadz Allah).

Selama tahun pertama, GAMAIS ITB terlihat sangat kompak dan berhasil dalam melaksanakan program kerjannya yang berupa sosialisasi kepada berbagai pihak, selain dari berbagai kegiatan yang dilakukan, hal ini terlihat dari pihak Salman yang mengizinkan GAMAIS ITB untuk membuat ruang kesekertariatan di gedung kayu Salman, yang masih ada sampai sekarang ini. Kekompakan ini tidak bertahan lama, karena terbukannya GAMAIS ITB sehingga memungkinkan orang-orang dengan berbagai macam cara pandangn terhadap islam masuk dan menjadi pengurus di GAMAIS ITB dan seringkali perbedaan cara pandang ini menjadi masalah internal tersendiri yang menjadi tugas bersama untuk diselesaikan. Banyaknya perbedaan cara pandang ini didukung oleh suasana di luar kampus ITB yaitu mulai berkembangnya kembali pergerakan-pergerakan keislaman dikalangan mahasiswa, pergerakan-pergerakan ini akhirnya masuk dan memberi warna ke dalam kampus ITB termasuk ke dalam GAMAIS ITB.

Walaupun GAMAIS ITB dihadapakan pada masalah internal, tetapi hal ini tidak membaut syi’ar GAMAIS hilang. Setelah tahun ke tiga sejak GAMAIS ITB berdiri GAMAIS telah berhasil mengadakan beberapa kegiatan besar, seperti kegitan GAMAIS Tekhno yang berhasil mendatangkan BJ. Habibie, yang waktu itu menjadi Mentri Risert dan Teknologi, kegitan Pesantren Mahasiswa yang pelaksanaannya bisa sampai satu bulan, Bakti Sosial, Lomba dan Pentas Seni Islam, Pengajian Akbar dan kegiatan lainnya yang ada dalam rangkaian Peringatan Hari Besar Islam, diskusi, seminar dan stadium general. Selain kegiatan yang dilaksanakan sesekali dalam satu tahun, ada juga kegiatan yang rutin dilakukan, adapun kegiatan tersebut adalah kegiatan mentoring keislaman di masa TPB yang sangat menarik perhatian dari mahasiswa TPB saat itu dan itu menjadi salah satu mobilisasi masa terbesar saat itu, Kajian Rutin ditiap jurusan yang dilaksanakan setiap pekan bekerja sama dengan pengurus pengajaian jurusan di tiap jurusan / fakultas. Selain kegiatan yang bersifat syi’ar, GAMAIS pun sering mengadakan kegitan untuk para kadernya dalam rangka proses kaderisasi, diantaranya kegiatan Latihan Kepemimpina Organisasi (LKO), dan Trainning Diniyah. Kegiatan-kegiatan itulah yang akhirnya memberi warna pada kegitan-kegiatan di kampus terutama pada kegiatn OSPEK yang dulu terkenal dengan kontak fisik menjadi seperti yang ada sekarang ini, ada seminar, diskusi, LKO dan lainnya.

Detik-detik kelahiran GAMAIS ITB.... [BIOGRAFY of GAMAIS ITB,]

Pertemuan besar yang menginisiasi munculnya Keluarga mahasiswa Islam ITB dilakukan di rumah kos Jauharul Fuad (TI’83). Antusiasme terlihat dengan datangnya sekitar 100 mahasiswa muslim ITB dalam acara ini dan disepakati bahwa akan dilakukan pembentukan organisasi mahasiswa muslim ITB melalui sebuah kongres di BLKP Lembang. Untuk mempersiapkannya, dibentuk tim perumus AD/ART yang terdiri atas 5 orang, yaitu Heru Prabowo (EL’83), Munawar Kholil (IF’85), Yusri Suhud (MA’85), Budi Hartono (FT’86), dan Budi Youyastri (Si’86). Tim yang dipimpin Munawar Kholil ini berhasil menyusun draft AD/ART sesuai yang direncakan.

Pada akhirnya momen penting sejarah terjadi. Kongres dilaksanakan di BLKP Lembang pada hari Sabtu dan Ahad tanggal 29-30 Agustus 1987. Kebersamaan yang luar biasa menyebabkan proses pengesahan AD/ART berjalan sangat lancar, termasuk pemilihan nama GAMAIS ITB yang dihasilkan dari proses diskusi yang hangat. Tepat tengah malam, kurang lebih jam 00.07 Ahad, 30 Agustus 1987, GAMAIS ITB berdiri bersama dengan pekik takbir yang membahana. Keesokan harinya, perangkat organisasi GAMAIS ITB angkatan pertama terbentuk. Jaka Sumanta (IF’85) terpilih sebagai Kepala GAMAIS ITB yang pertama, sedangkan Munawar Kholil (IF’85) terpilih sebagai Ketua MPAS ( Majelis Permusyawaratan Anggota Sementara ).2

Selanjutnya, GAMAIS ITB secara garis besar terdiri atas tiga komponen yang terdiri dari Dewan Penasehat, MPAS, dan Pengurus. Dewan Penasehat di awal kepengurusan terdiri dari orang-orang yang secara ideologis mempengaruhi berdirinya GAMAIS ITB, yang terdiri dari ulama, alumni, dosen, intelektual muslim, dan mahasiswa. MPAS adalah Majelis Permusyawaratan Anggota Sementara karena pada waktu itu tidak semua jurusan dapat terwakili dalam MPAS. Dan Pengurus merupakan badan yang bekerja menjalankan kegiatan-kegiatan GAMAIS ITB.

Walaupun GAMAIS ITB telah terlahir di ITB, namun GAMAIS ITB belum menjadi sebuah unit kegiatan mahasiswa yang sah dan diakui oleh ITB, dan juga tidak menjadi unit Salman. Hal ini memang sudah direncanakan ketika GAMAIS itu sendiri dibentuk. Adapun alasan kenapa GAMAIS ITB sekarang menjadi sebuah unit kemahasiswaan di kampus, akan dijelaskan kemudian.

Sesaat sebelum GAMAIS terlahir [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

GAMAIS ITB berdiri akibat adanya berbagai tantangan yang dihadapi mahasiswa muslim pada masa awal tahun 80-an. Kala itu bisa dikatakan kegiatan di dalam kampus ITB didominasi oleh kelompok yang tidak akrab dengan kegiatan ke-Islaman. Sebagian aktifis kampus saat itu bahkan secara terang-terangan menyatakan diri sebagai “kelompok kiri” yang cenderung sosialis atau marxis.

Sementara itu, sebagai dampak dari berbagai pelatihan, seperti pelatihan keorganisasian yang bernuansa Islam, yang menjangkau kalangan pelajar dan mahasiswa, banyak mahasiswa angkatan 80-an yang telah memiliki idealisme ke-Islaman ketika memasuki jenjang kuliah. Mereka yang masuk ke ITB mendapati bahwa ternyata hampir tidak ada ruang bagi mahasiswa muslim untuk mengekspresikan ke-Islamannya di dalam kegiatan kemahasiswaan di kampus ITB.

Upaya pertama yang dijalankan para mahasiswa muslim adalah dengan mengadakan berbagai pengajian kecil di lingkungan jurusan yang disebut usroh, yang paling aktif dalam model kegiatan ini adalah kalangan angkatan ‘85 pada masa TPB. Dari berbagai komunikasi antar aktifis dari berbagai usroh jurusan, dicapailah sebuah kesepakatan untuk membuat sebuah kegiatan ke-Islaman di kampus ITB. Dibentuklah panitia peringatan Isra’Mi’raj di kampus ITB. Panitia tersebut sepenuhnya mendapatkan dukungan dari aktifis muslim dari berbagai angkatan, khususnya angkatan 83 dan 84. Kegiatan di atas sukses dan menjadi tonggak baru bahwa di kampus ITB bisa diadakan kegiatan ke-Islaman.

Dari berbagai komunikasi antar angkatan, akhirnya dirancang sebuah kegiatan penting, yaitu Pesantren Mahasiswa. Acara ini dilaksanakan pada masa liburan panjang bulan Juni dan Juli 1986 di Pondok Pesantren At Taqwa di Ujung Harapan Bahagia, Bekasi. Pesantren mahasiswa ini sepenuhnya dalam bimbingan dari tim yang dibentuk oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang kala itu di bawah pimpinan Bapak Muhammad Natsir. Perhatian besar beliau dalam mendukung acara pesantren itu membuat kegiatan tersebut bisa dijalankan hampir 2 bulan lamanya. Para peserta dalam pesantren mahasiswa inilah yang nantinya menjadi motor berdirinya GAMAIS ITB.

Usai kegiatan ini, angkatan baru datang di kampus ITB, yaitu angkatan ‘86. Sejatinya kedatangan angkatan inilah yang mendorong terbentuknya GAMAIS ITB. Kesolidan angkatan ini dalam wadah Keluarga Mahasiswa Muslim 86 (KMM 86) sepanjang menjalani masa TPB mendorong para aktifis eks-pesantren mahasiswa membuat inisiatif besar. Adalah Herry Meoljanto (FT’83) yang mengkampanyekan pertama kali tentang perlunya wadah organisasi mahasiswa Islam di Kampus ITB. Salah satu momen kampanyenya, yang sering dikenang sebagai sumpah setia pendirian GAMAIS ITB, dilakukan di bawah menara mesjid Salman.1

Selain hal tersebut di atas, sebenarnya terdapat beberapa alasan lain yang mendorong terbentuknya Gamais, yaitu adanya dominasi “kalangan kiri” di kampus, serta Salman ITB, yang selama ini menjadi tempat beraktivitas para aktifis muslim ITB, di dominasi oleh para anggota yang berasal dari luar ITB yang mengakibatkan pembinaan mahasiswa ITB sedikit terabaikan. Itulah yang menjadi alasan eksternal GAMAIS ITB berdiri dan atas dasar itu pulaGAMAIS ITB lebih memfokuskan pada lingkungan dalam kampus ITB.

Sebelum GAMAIS Terlahir (sekilas) [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Lama sebelum GAMAIS ada bukan berarti tidak ada pergerakan mahasiswa islam di ITB, mahasiswa Islam sudah mulai bergerak. Tahun 60-an ada Himpunan Mahasiswa Islam, tahun 70-an masjid Salman telah dibangun dan mulai maraknya kegiatan ke-Islaman di sekitar kampus ITB dan ditandai dengan pelaksanaan solat Jumat berjamaah pertama. Kegiatan ke-Islaman mulai tumbuh, namun masih saja suasana tak sebebas saat ini. Peraturan-peraturan pemerintah yang melarang para muslimah untuk mengenakan jilbab masih sangat keras serta pengembangan dakwah Islam yang tidak sesuai dengan keinginan pemerintah saat itu dikekang habis-habisan.

Situasi saat itu sangat berpengaruh ke dalam kampus ITB, tidak ada ucapan salam yang terdengar, banyaknya dosen yang tidak mempercayai keberadaan tuhan serta tidak adanya mata kuliah agama dalam sistem pendidikan ITB menambah daftar panjang sulitnya pengembangan kegiatan keislaman di ITB, sedangkan aroma ke-Islaman hanya terasa di Salman dan belum dapat terinternalisasi di kampus. Tapi waktu menjawab lain, dunia ternyata berubah dan mata kuliah agama pun mulai ada, kegiatan mentoring keagamaan pun mulai berjalan dan kegiatan Peringatan Hari Besar Umat Beragama dapat dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari peran para dosen agama pada saat itu, salah satu yang kita kenal sampai saat ini adalah Bapak Miftah Faridl. Yang sampai sekarang masih aktif mengajar sebagai dosen agama di ITB.

Sebelum Bercerita [BIOGRAFY of GAMAIS ITB]

Lebih dari dua dekade Keluarga Mahasiswa Islam ITB yang lebih dikenal dengan GAMAIS ITB telah ada dan menjadi wadah kegiatan mahasiswa Islam di Institut Teknologi Bandung, telah banyak hal-hal yang dicapai oleh GAMAIS hingga saat ini baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Berikut ini kondisi GAMAIS ITB yang disampaikan langsung oleh Kepala GAMAIS ke 21 :

GAMAIS kini dan GAMAIS masa depan

Memasuki perjalanan dakwah di awal dekade ke dua, GAMAIS ITB telah banyak mengalami banyak perubahan dan kemajuan di setiap tahunnya. Semboyan in harmonia progessio dapat diimplementasikan dengan baik di unit GAMAIS ini. GAMAIS hari ini adalah unit terbesar dan tersebar di kampus ITB. Dengan jumlah kader lebih dari 500 mahasiswa di setiap angkatannya, membuat GAMAIS mampu melebarkan sayap dakwahnya hingga ke tingkat program studi bahkan kelas. Kini kita mengenal adanya lembaga dakwah fakultas yang memungkinkan GAMAIS menyentuh mahasiswa TPB yang belum memilih program studi, dan adanya pula lembaga dakwah program studi ( dulu pengajian jurusan ) juga memberi kesempatan kepada GAMAIS untuk menyentuh masa kampus dari dekat dan dengan metode yang tepat sasaran pula, dengan adanya lembaga dakwah program studi ini juga membuka berdirinya ROHIS kelas sebagai ujung tombak syiar GAMAIS di kampus ITB. Selain dari itu, kesemua lembaga dakwah yang ada, tergabung dalam sistem jaringan dakwah yang berada dalam satu panji dan satu gerak dakwah GAMAIS ITB.

Variasi metoda syiarpun mengalami banyak perubahan, mengusung konsep berbagi dan melayani, dimana GAMAIS mencoba memberikan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Pendekatan ini berjalan sangat baik di beberapa tahun terakhir belakangan, karena memang konsep ini yang telah pula diajarkan oleh Nabi Muhammad dimana beliau menjadi seorang Al Amin terlebih dahulu baru menjadi seorang Rasulullah. Konsep ini kami tuangkan dalam berbagai agenda, seperti Paket Penyambutan Mahasiswa Baru ( yang terdiri dari Open House Unit, Tasyakuran Akbar, Posko Informasi, CD dan Booklet, Jaket Angkatan, dan lainnya ), Festival Ramadhan, GAMAIS Peduli sebagai bentuk acara sosial, Kajian Islam terpusat sebagai bentuk acara seminar, Annisaa Day yang menjadi acara yang dinanti para muslimah setiap tahunnya, Diklat Mahasiswa Muslim dan OASIS yang merupakan kaderisasi berbasis syiar ,Tutorial dan Try Out TPB untuk melayani kebutuhan akademik mahasiswa TPB, dan Penjualan Bundel Soal TPB. Dari segi technology application kami banyak mengembangkan sarana teknologi dakwah seperti website, jaringan blogger GAMAIS, GAMAIS on your screen, dan pemanfaatan multimedia sebagai sarana propaganda dakwah di ITB. Dalam sisi kemasyarakatan dan moralitas, selain adanya agenda bakti sosial rutin, kami telah memiliki Pembinaan Adik Asuh untuk siswa SD yang berada di sekitar ITB, pengiriman sukarelawan ke daerah bencana, dan aksi moralitas dan kemasyarakatan lainnya.

Kaderisasi yang bertahap dan berkelanjutan telah dibukukan dengan baik, sehingga GAMAIS saat ini telah memiliki sistem dan pola kaderisasi yang baku, dan membuat GAMAIS dan mencetak kader yang produktif serta dinamis setiap tahunnya. Kaderisasi berbasis karakteristik saat ini dibangun, dengan karakter atau profil kader GAMAIS yang telah ada, yakni Intelektual, Qur’ani, Profesional, Inklusif, Dinamis, dan Sehat ( i-QPIDS ). Profil kader ini menjadi sebuah output yang kami harapkan dapat terbentuk dalam perjalanan kaderisasi GAMAIS.

Ekpansi jaringan yang dimiliki saat ini juga terus berkembang, dari sisi pengembangan dakwah dengan sesama lembaga dakwah kampus se-Indonesia, GAMAIS ITB telah dipercaya sebagai kiblat manajemen lembaga dakwah kampus se-Indonesia, kepercayaan ini juga dibuktikan dengan terbitnya buku dari GAMAIS terkait manajemen lembaga dakwah kampus yang saat ini digunakan oleh lebih dari 500 lembaga dakwah kampus seantero Indonesia, selain itu tim trainer GAMAIS juga dipercaya untuk mengisi pelatihan manajemen dakwah kampus di kampus kampus yang telah memiliki lembaga dakwah kampus. Jaringan ke perusahaan donor, media untuk publikasi kegiatan serta ke tokoh nasional telah banyak kami jajaki. Selain itu kepercayaan dosen telah banyak meningkat seiring semakin banyak dosen yang mendukung penuh GAMAIS ITB.

Berbagai perbaikan dan perbaikan ini berbuah pada meningkatnya daya tawar dan kepercayaan massa kampus terhadap GAMAIS dan Kader GAMAIS. Populasi mahasiswa simpatisan terus meningkat yang dapat diukur dengan banyaknya mahasiswa non-kader GAMAIS yang hadir dalam acara acara yang diadakan oleh GAMAIS. Sebagai sebuah lembaga pun GAMAIS telah memiliki kredibilitas di mata para mahasiswa dan pemimpin lembaga mahasiswa di ITB. Semua ini tentunya merupakan hasil dari perjuangan kita bersama selama 20 tahun.

GAMAIS kini adalah hasil mimpi GAMAIS dua puluh tahun yang lalu, dan GAMAIS kini juga memimpikan bagaimana GAMAIS 20 tahun mendatang, dalam rangka memenuhi semua itu, kami telah membuat pedoman lembaga dakwah kampus GAMAIS ITB yang diharapkan dapat menjadi pedoman dakwah bagi kader dalam perjuangan dakwah menuju mimpi GAMAIS 20 tahun mendatang. Pedoman dakwah ini telah di bukukan dan disebarluaskan kepada kader, bahkan juga telah tersebar di beberapa kampus lain untuk dilakukan penyesuaian sebelum digunakan di kampus mereka.

Berbagai keberhasilan yang telah dicapai kini tentu bukan tanpa tantanga yang menanti. Perubahan kondisi dan situasi baik di kampus ITB maupun Indonesia secara umum juga berdampak pada perubahan GAMAIS. Tantangan yang kini dihadapi antara lain, dari sisi kader, dimana peningkatan jumlah kader yang terlalu cepat membuat kapasitas kader secara internal tidak merata, dan cenderung menurun. Perubahan iklim mahasiswa ITB yang cenderung semakin apatis dan akademis membuat GAMAIS harus berpikir dan bekerja keras untuk merumuskan strategi dakwah yang dilakukan.

Dua poin ini menjadi tantangan saat ini yang sedang diusahan untuk diselesaikan. Pada akhirnya memang dakwah kampus ini akan sangat dinamis, perubahan yang terjadi di lingkungan membuat GAMAIS juga harus bisa mengikutinya, atau bahkan menjadi trendsetter bagi civitas akademika ITB. Dakwah GAMAIS kini, merupakan pijakan awal untuk dakwah kampus ITB kedepannya, oleh karena itu sangat besar harapan bagi kami semua, agar kita semua para kader GAMAIS, baik yang masih beraktivitas maupun yang telah lulus dapat bersatu padu dalam membangun dakwah di kampus kita tercinta ini. Mengingat kembali kenapa kita berdakwah di kampus yang salah satu tujuannya adalah untuk membentuk seorang cendikiawan muslim yang diharapkan di masa yang akan datang dapat sebagai unsur penyedia kompetensi untuk perbaikan negara. Kita berharap perubahan Indonesia dapat bermula dari perbaikan dakwah di ITB.

Akhir kata, GAMAIS ini tentunya memiliki sebuah kenangan tersendiri untuk kita semua, GAMAIS telah banyak pula mempengaruhi pola pikir dan hidup seseorang. GAMAIS sebuah keluarga kedua bagi kita semua di kampus ITB. Sebuah rasa hormat dari saya dan ucapan terima kasih untuk semua alumni GAMAIS yang telah memberikan perhatiannya kepada dakwah GAMAIS, dan besar harapan saya jalinan persaudaran ini terus berjalan. Karena Kita Keluarga.

Kepala GAMAIS 2007-2008
Ridwansyah Yusuf Achmad
Teknik Planologi 2005


Dari banyaknya keberhasilan dan tantangan yang dialami oleh GAMAIS ITB saat ini, tentunya tidak terlepas dari peran serta dan pengorbanan para pendahulu dan juga para pendiri GAMAIS. Lalu bagaimana GAMAIS ITB ini hadir di tengah-tengah kita semua, apa yang menjadi alasan organisasi ini ada dan bagaimana bisa berkembang hingga menjadi seperti sekarang ini, apa saja tantangan dan rintangan yang dihadapai oleh GAMAIS ? Begitu banyak pertanyaan yang muncul.

Pendahuluan [BIOGRAFY of GAMAIS ITB ]

Sebuah organisasi tidak akan pernah lepas dari masalah, baik itu organisasi yang baru tumbuh, sedang berkembang, ataupun yang sudah mapan. Begitu pula dengan sebuah organisasi dakwah, baik di kampus maupun di sekolah, pasti memiliki masalah dan kendala dalam menjalankan amanah dakwah yang menjadi tujuan dari organisasi dakwah tersebut. Lembaga dakwah, khususnya yang berada di lingkungan kampus, Lembaga Dakwah Kampus (LDK), yang tergabung dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) sering sekali meminta pelatihan, bimbingan atau pun tanya jawab seputar LDK kepada Badan Khusus Pelatihan Manajemen Lembaga Dakwah Kampus (BK PMLDK) yang dalam hal ini diamanahkan kepada Keluarga Mahasiswa Islam (GAMAIS) ITB.

Dari kegiatan tersebut, dapat diketahui banyak sekali LDK yang merasa sulit berkembang, banyak masalah, kebingunan dan hal-hal lain yang memerlukan bimbingan dari BK PMLDK. LDK-LDK tersebut mungkin merasa bahwa GAMAIS ITB layak untuk dicontoh. Sehingga sering kali para pengurus GAMAIS diminta untuk mengisi pelatihan di kampus-kampus di berbagai tempat di Indonesia, dan tidak jarang juga GAMAIS dikunjungi untuk studi banding. Padahal GAMAIS sendiri pun pastinya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan.

Tulisan berikut ini menceritakan dengan singkat sepak terjang(diganti dengan kata apa ya ?) gamais selama lebih dari dua dekade. Banyak hal yang terjadi hingga gamais menjadi seperti sekarang ini, pasang surut kegiatan gamais, konflik internal dan eksternal serta tantangan-tantangan lainnya mewarnai perjalan gamais selama ini.

Cerita singkat berikut ditulis berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung ( menggunakan e-mail) oleh penulis. Penulis berusaha untuk menyajikannya seobjektif mungkin sehingga diharapkan cerita yang dimuat benar-benar dapat merepresentasikan sejarah gamais yang sebenarnya, walaupun dalam skala yang ringkas dan mungkin masih memiliki banyak kekurangan.

Harapannya setelah membaca tulisan ini, para pembaca, khususnya aktifis dakwah kampus, dapat mengetahui bagaimana Gamais melewati waktu dua dekadenya sehingga para aktifis dakwah kampus, yang menjalankan LDK, dapat menyadari bahwa menjalankan amanah dakwah ini tidaklah mudah, namun tetap yakin bahwa Allah SWT pasti akan mencatat amal para pejuang dakwah. Dan mereka menyadari bahwa masalah yang mungkin sedang mereka hadapi ternyata pernah dihadapi juga oleh Gamais dan mungkin LDK-LDK lain yang lebih dulu ada. Serta diharapkan mereka, para aktifis dakwah kampus, dapat lebih bersemangat dan terinspirasi oleh cerita ini.

Penulis :
Ardhesa Fikriana Suhilman
(Kepala Sektor Eksternal GAMAIS 2009, Kepala Departemen Humas Eksternal GAMAIS 2007-2008; Aeronotika dan Astronotika 2006)
Hana Nur Fitriana
(Koordinator Akhwat Departemen Humas Eksternal GAMAIS 2009, Staf Departemen Humas Eksternal GAMAIS 2007-2008; Mikrobilologi 2006)

pengalaman di tanah Minang (part 2)

perjalanan ke bukit tinggi

Apa yang dilakukan di Bukit Tinggi....
selama 3 hari kami mengisi acara Training Manajemen Dakwah Kampus dan simposium kaderisasi, materi yang kami berikan lebih bersifat manajemen dan berdasarkan pengalaman. sekalian berbagi ilmu dan pengalaman tentunya. tidak hanya dari kami untuk para peserta, tetapi juga kami mendapatkan umpan balik dari mereka, kami menjadi tahu tentang kegiatan dakwah di kampus-kampus se Sumatera Barat, dan ternyata di sana tidak kala kreatif dengan LDK-LDK di Jawa. materi yang kami sampaikan berupa Manhaj Dakwah kampus, Syiar, keuangan, kesekretarisan, found rising dan proposal.
materi memang hanya yang tadi saya sebutkan, tetapi antusiasme para peserta dalam menggali ilmu sangat dahsyat, sering kali kami melanjutkan dengan 'bincang malam', para peserta langsung datang pada kami dan hingga larut malam, bahkan Adi sempat sampai pagi, capek memang, tapi tidak bisa mengalahkan rasa senang akan berbagi pengalaman.
walaupun hanya beberapa hari di bukittinggi, ternyata saya mulai terbiasa, banyak kebiasaan yang tadinya tidak saya lakukan namun harus saya lakukan, misalnya makan pakai tangan (nggak pake sendok), makan makanan ala rumah makan padang, sarapan pagi hanya dengan bubur kacang. dan yang belum bisa saya beradaptasi ialah menggunakan bahasa minang. jadi serasa terasing gitu...

minggu pagi, bergegas pulang kembali ke Tanah Priangan. eit, namun sebelum itu kami mampir dulu ke Padang Panjang, kota kelahiran Adi Putra. di sana kami mampir ke SMA N 1 Padang Panjang Boarding School, tempat Adi menamatkan SMA tentunya. Dan saat-saat yang ditunggu-tunggu oleh Adi, yaitu bertemu dengan keluarga tercinta, walupun memang kami tidak sempat ke Rumah Adi, jadi kami hanya bertemu dengan Ayah dan 2 orang adik perempuan Adi, selain itu kamipun mengunjungi guru Adi waktu SMA. ya... pertemuan keluarga yang mengharukan 2 tahun terpisah hanya bertemu 2 jam saja. (sabar ya Adi....)
selanjutnya menuju BIM, tiba di BIM kami tidak langsung cek in, menunggu teman dari UNAND yang membelikan kami tiket pulang. di jadwal kami rencananya akan take off jam 18.45, tapi ternyata delay hampir 3 jam, jadi kami baru berangkat jam 21.00. menunggu memang membosankan, tapi dengan kompensasi yang diberikan oleh Sriwijaya Air, yaitu makan malam gratis, membuat kami danpenumpang lain tidak terlalu emosi,, dan yang menjadikan proses menunggu tidak terlalu terasa ialah adanya fasilitas WiFi gratis di bandara. sehingga menjadikan kami terbang dulu ke dunia maya.
setelah melalui perjalan panjang Padang Jakarta dan Jakarta Bandung (dengan bus pemadu moda Primajasa). akhirnya senin dini hari kami tiba di Bandung, Alhamdulillah.

Jumat, 01 Mei 2009

Pengalaman di tanah Minang (part 1)

hari Jumat 24 April 2009, pukul 02.15 aku dan Adi Putra (Kadept MSDA GAMAIS) berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta (BSH), untuk terus melanjutkan ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Sumatera Barat. menghadiri undangan untuk mengisi Training Manajemen Dakwah Kampus yang diselenggarakan FSLDK Sumbar dan STAIN Bukit Tinggi. kami dari Bandung naik travel, tapi kali ini sedikit berbeda, kami naik Grand Livina dan yang mengisi hanya kami berdua, seperti naik taksi dengan ongkos lebih murah.

sampai di BSH jam 05.00, masih 2 jam 45 menit menuju take off Jakarta Padang. kami menghabiskan waktu dengan mengobrol dengan sesama penumpang yang akan menuju padang, dan di sana aku mulai merasa "Roaming", karena rata-rata mereka menggunakan bahasa minang.

07.45 kami mulai terbang dengan 737-900 ER, pesawat baru milik lion air, (ini pertama kalinya aku naik pesawat loh...) dan sampai di BIM pukul 09.30, kami langsung di jemput oleh kawan dari Universitas Negeri Padang (UNP), kami pun mampir ke UNP dan merasakan kondisi panas menyengat kota Padang. Setelah mampir, kami langsung menuju bukit tinggi dengan angkutan umum khas di sana, kenapa khas, karena semua kendaraan umum di sana pasti dilengkapi dengan sound system, yang besar, dan full music, dan diberi modifikasi seperti mobil balap.

perjalanan menuju Bukit Tinggi dari padang hapir setengahnya kami habiskan dengan tidur. ketika mulai terbangun aku melihat, kota/kabupaten disekitar itu, ada Padang pariaman & padang panjang, dan yang menarik adalah jalan setelah padang pariaman ke padang panjang, melalui lembah / hutan, kiri kanan, hutan dengan di pinggirnya aliran sungai yang jernih, pemandangan yang indah dan udara yang segar. Dan tahukah kalian, ternyata jalur yang aku lalui itu merupakan lintasan dari lomba sepeda internasional Tour De Singkarak.